Senin, 24 November 2014

Silaturrahmi Bersama Robinson NTT di Bandung

Silaturrahmi Bersama Robinson NTT  di Bandung

Kita Saudara Kakak, Salam Comando


SURAT MANTAN COMBATAN GAM KEPADA PEMIMPIN ACEH

SURAT MANTAN COMBATAN GAM KEPADA PEMIMPIN ACEH

KAMI para kombatan aneuk bawang/prajurit GAM menulis surat untuk para petinggi GAM yang kini sudah duduk dikursi empuk. Harapan kami, The Atjeh Post, sudi kiranya memuat surat ini yang memang berasal dari suara hati kami. Wahai pemimpin kami, 9 tahun perjanjian damai (MoU Helsinki) sudah berlalu, namun reintegrasi eks kombatan belum berjalan maksimal, seakan perjanjian MoU Helsinki antara RI dan GAM tidak berarti bagi mantan prajurit GAM, oleh karenanya perlu pembenahan atau perhatian khusus dari Pemerintah Aceh kepada mantan prajurit GAM. Hari ini kita sama-sama bisa bisa lihat kondisi kehidupan Eks kombatan yang dulu memanggul senjata melawan Pemerintah Jakarta hanya untuk satu tujuan merdeka dan menuntut hak-hak rakyat Aceh yang tidak sesuai dengan pengorbanannya dalam mengusir penjajah kafir Belanda, hingga Republik Indonesia bisa berdiri jadi sebuah negara yang merdeka, dan merah putih bisa berkibar sampai detik ini. Maka hari ini dengan semangat juang dan sumpah setia pada perjuangan suci, untuk mengulang sejarah atau menunjukkan pada pemerintah RI bahwa kami rakyat Aceh menginginkan keadilan yang sesuai dengan pengorbanan nenek moyang kami pada NKRI. Walaupun dasar perjuangan kami untuk memisahkan diri dari NKRI, tetapi demi menghindari jatuhnya korban di pihak sipil terus menerus yang tidak berdosa maka pemimpin kami mengambil sikap berhenti berjuang dengan senjata dan memilih memperjuangkan hak-hak rakyat lewat jalur diplomasi dan politik. Dengan berakhirnya perang senjata lewat perundingan damai/ MoU Helsinki, kita harus menjaga dan merawat, mengawal isi perjanjian tersebut. Maka dengan adanya perjanjian dan kami lihat keseriusan Pemerintah Pusat dalam memberi rasa keadilan pada kami rakyat Aceh, maka keinginan untuk merdeka sudah kami lupakan. Namun, jika suatu saat Pemerintah Pusat mengkhianati perjanjian ini maka kami akan kembali mengulang sejarah lama. Menyangkut dengan nasip prajurit GAM hari ini masih jauh dari harapan kita bersama, baik dari segi ekonomi atau pembinaan ketrampilan dan keahlian untuk bisa berintegrasi dan menjadi modal untuk hidup seperti layaknya masyarakat biasa.  Harapan kami, sudi kiranya Pemerintah Aceh hari ini yang sudah dipilih oleh rakyat Aceh dengan segala  kekuasaan dan wewenang kiranya dapat memberi kehidupan baru bagi mantan pejuang Aceh.  Seandainya ada perhatian dan bimbingan khusus bagi prajurit GAM, maka anggalah itu sebagai rasa terimakasih pada mereka. Mereka sudah berjuang bertahun-tahun membela hak dan martabat rakyat Aceh, hingga Pemerintah Pusat menanggapi serius dan perhatian khusus untuk Wilayah Aceh, 70% kewenangan dan bagi hasil sudah di kembalikan pada Aceh, kiranya itulah hasil perjuanggan kita rakyat Aceh, dengan letusan senjata dari pegunungan Aceh yg dihayunkan oleh pemuda-pemuda Aceh yang ingin menuntut keadilan, hingga dapat kita nikmati hari ini dari buah hasil perjuangan mereka, pengorbanan mereka, bayangkanlah saudaraku. Ketika Aceh sudah damai umurpun sudah bertambah, dulu saya berumur 18 tahun kini sudah 33 thn, apa yang harus mereka lakukan, kemana mereka harus melangkah? Bagi yang punya pengalaman dasar bisa saja mereka kembali sesuai dengan profesi mereka masing-masing. Yang dulunya perampok, kembali lagi merampok, yang pemabuk kembali mabuk-mabukan, yang agen ganja kembali jualan ganja lagi, yang pencuri balik mencuri lagi. Itukah yang namanya tanggungjawab reintegrasi? Bagi kami prajurit tidak menuntut hak harus sama seperti teungku-teungku yang di atas yang sudah di ruangan ber-AC, kursi empuk, dan naik mobil mewah, karena kamipun sadar kita hidup tetap harus ada aturan. Blang meu-ateung urueng meu-peutua. Tapi kami menginginkan sedikit perhatian, secuil makanan, tidak perlu hidup kaya asal bisa bertahan, karena kami tahu perjuangan belum selesai sampai di sini. Namun setidaknya dalam masa damai ini kami butuh sesuatu yang bisa menghilangkan ide-ide yang ekstrim, pemikiran-pemikiran yang memberontak, yang berujung pada merusak perdamaian. Pesan kami, janganlah terjebak pada mulut manis yang suka memuji perjuangan GAM, boleh jadi itu adalah racun yang hendak menjerumuskan kita. Dan itu berada dalam lingkaran kekuasaan. Tapi kita beri apresiasi pada orang-orang yang sering mengkritik perjuangan GAM. Mereka yang mengkritik berbagai kelemahan akibat kealpaan kita sekarang ini. Kami yakin kritikan ini adalah sebuah perhatian. Harapan pada DPRA dari Partai Aceh, nanti tolong mengakomodir program-program yang mengarah pada pembinaan mantan kombatan... Demikian, saya menulis surat ini mewakili teman-teman eks kombatan aneuk bawang. 

Wassalam, Imran Nisam, eks kombatan wilayah Pase yang selamat dalam pengepungan Paya Cot Trieng secara besar besaran tahun 2001.

REINTEGRASI EKS COMBATAN KEMBALI BAK GOE CANGKOY ( GAGANG CANGKUL )

BANDA ACEH - Inilah kondisi yang dialami oleh mantan kombatan GAM hari ini, reintegrasi tanpa pembinaan sama juga dengan membiarkan goresan luka ditubuh tanpa mengobatinya hingga luka yang semula cuma sedikit lama-lama akan menjadi borok yang sulit diobati. Kalau dalam bahasa buku MoU "Eks kombatan akan reintegrasi/kembali ke masyarakat biasa", cuma kembali bak geo cangkoy (Gagang cangkul).

Pasca damai tahun 2005 lalu sampai hari ini, tahun 2014 masih banyak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kejadian demi kejadian baik menggunakan senjata api atau sajam, rata-rata melibatkan mantan kombatan GAM. Ini harus kita sadari dan kita fahami bersama, baik saya yang menulis atau kawan-kawan eks kombatan lainnya di seluruh Aceh.

Kita semua mengalami nasib yang sama, cuma saya lebih beruntung dari teman-teman lain, karena 9 tahun sudah kita lewati proses damai ini saya tidak pernah terlibat dalam aksi kriminal apapun. Dan sampai hari ini Allah masih menyelamatkan saya, hingga bisa berkumpul dengan keluarga walau dalam kehidupan yang sangat sederhana. Saya mencoba memulai hidup baru, hidup tanpa masalah.

Bagi eks kombatan yang masih diberi umur panjang, masih diselamatkan oleh Allah juga bisa berakit-rakit untuk memperjuangkan nasib dirinya masing-masing, karena kondisi hari ini sudah berbeda dengan kondisi sebelum Aceh damai.

Saya tidak mampu berbuat apa-apa untuk memperjuangkan aspirasi kawan-kawan, saya cuma bisa menulis dan terus menulis hingga tulisan tulisan saya bisa dibaca oleh seluruh rakyat Aceh khususnya dan warga Indonesia pada umumnya. Kita semua tidak ingin kembali ke masa lalu, tapi yang kita inginkan masa depan yang lebih baik dari masa lalu.

Karena waktu terus berjalan dan waktu tak akan bisa kita hentikan, dengan waktu yang tersisa serta dengan segala kewenangan yang ada seyogyanya para pemimpin di Aceh dan pemimpin pusat untuk lebih serius dalam menyikapi setiap persolan di lapangan hari ini. Karena akar permasalahan pasca damai Aceh cuma satu, pembinaan eks TNA.

Sekali lagi saya tekankan pada stake holder agar duduk bersama baik DPRA dan tokoh perdamaian untuk menyikapi secara serius tentang kondisi mantan kombatan hari ini. Jangan pernah menyepelekan setiap kejadian, karena itu akan menjadi bumerang bagi perdamaian Aceh secara permanen.

Karena apapun anggapan kita, mantan kombatan adalah mantan Tentara atau mantan pasukan perang yang telah diajarkan untuk memegang senjata. Mereka di didik untuk berperang bukan di didik untuk mengembala sapi atau untuk mencangkul sawah.

Jadi apapun anggapan selama ini sangat keliru, kalau mantan kombatan pemalas atau bermacam anggapan dari orang-orang yang sama sekali tidak tahu persolan. Semua butuh proses, semua yang kita inginkan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maka para anggota DPRA wajib membuat satu qanun/aturan untuk pembinaan mantan kombatan dan pembinaan anak yatim, imbas konflik dan korban konflik.

Jangan pernah jenuh dalam menyikapi semua permasalahan di lapangan hari ini, karena mereka semua adalah bagian dari kita.

Malam ini saya berfikir, apa yang harus saya tulis agar bermanfa'at untuk kawan-kawan dan untuk diri saya pribadi. Inilah yang bisa saya tulis malam ini melalui Hp Blackberry yang sudah 9x rusak, tapi alhamdullilah, saya masih bisa menulis pemikiran-pemikiran untuk kebaikan kita bersama, agar seluruh persoalan sosial, ekonomi dapat selesai secara tuntas.

Dengan adanya satu qanun/aturan yang dibuat oleh DPR Aceh maka Gubernur selaku perwakilan Pemerintah RI di Aceh bisa lebih fokus dalam membuat program-program permanenisasi perdamaian hingga semuanya akan teratasi. Inilah harapan saya kepada pimpinan di Banda Aceh dan para pencetus perdamaian yang sudah bersusah payah hingga terlaksana sebagaimana mestinya.

Amin ya rabbal alamin...semoga para pembaca dapat memakluminya karena yang menulis bukan tokoh intelektual atau seorang akademisi lulusan Universitas. Saya menulis atas inisiatif saya sendiri selaku mantan kombatan dan selaku Rakyat Aceh yang cinta Aceh dan cinta damai. 


Penulis: Imran Pase seorang mantan Kombatan yang cinta perdamaian